Festival Bebas Batas : Ruang Apresiasi Bagi Ia yang Dipandang Sebelah Mata

Daftar Isi [Tampil]
Penyandang Disabilitas identik dengan mereka yang mempunyai kebutuhan khusus atau keterbatasan dalam menjalankan aktivitas kesehariannya. Merujuk pada Undang-Undang Tentang Penyandang Disabilitas No 8 Tahun 2016
Penyandang disabilitas adalah setiap orang yang mengalami keterbatasan fisik, intelektual, mental, dan/atau sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dapat mengalami hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi secara penuh dan efektif dengan warga negara lainnya berdasarkan kesamaan hak.

Memiliki keterbatasan baik fisik atau pun mental bukan berarti tidak bisa berinteraksi dan membaur dengan lingkungan sosial untuk kemudian menujukan eksistensi dan potensi diri kepada publik. Maka tidak perlu menjadi minder atau merasa rendah diri terhadap apa yang menjadi kekurangan diri, karena setiap orang memiliki kekurangan dan kelebihan.

Namun ada yang kemudian menjadikan kekurangan yang ada pada dirinya ia jadikan sebagai motivasi untuk mengasah kemampuannya di bidang yang lain sehingga ia sampai kepada level expert dan mampu menunjukkan eksistensi dirinya kepada publik bahwa ia mampu. Ada juga yang menjadikan kekurangan sebagai kelebihan hingga pada akhirnya ia mampu untuk berprestasi dan mensejajarkan dirinya dengan orang-orang yang katanya "sempurna".


Namun yang menjadi pertanyaan adakah ruang yang tersedia untuk para disabilitas unjuk gigi menujukan eksistensi dirinya kepada publik? Jawabnnya ada, atau bahkan bisa dibilang cukup banyak.

Salah satunya adalah Festival Bebas Batas (FBB) yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat Kesenian.

Festival Bebas Batas adalah sebuah pesta besar yang pertama di Indonesia bagi para penyandang disabilitas. Mereka diberikan ruang untuk mengekspresikan diri dan menunjukkan eksistensi atas potensi yang ada pada dirinya kepada publik. Kegiatan ini juga sebagai wujud suatu keadailan sosial yang mengkrucut pada suatu proses kesenian dan karya seni yang dihasilkan.


Kegiatan ini berupa Pameran Seni Rupa dengan mengusung tema besar "Pokok di Ambang Batas" yang akan dipusatkan di Galeri Nasional Indonesia (GNI) pada tanggal 12-29 Oktober 2018. Kemeriahan kegiatan ini tidak akan hanya dirasakan di satu titik GNI saja, melainkan akan ada pameran pendamping di ruang publik seperti Halte Trans Jakarta dan Bandara Soekarno Hatta, tujuannya agar pesta besar ini dirasakan oleh seluruh elemen masyarakat Indonesia sekaligus menjukan bahwa Indonesia ramah terhadap para penyandang disabilitas.  


Mereka yang biasanya hanya dipandang sebelah mata, maka melalui kegiatan ini karya mereka akan diapresiasi tanpa melihat siapa dia, dari mana asalnya atau bahkan apa menjadi kekurangannya. Karena tim kurasi akan mengkurasi karya-karya yang ada secara profesional tanpa melihat keterbatasan yang dimiliki oleh pesertanya.

Kegiatan ini diawali dengan workshop melukis di lima Rumah Sakit Jiwa di Indonesia, yaitu RSJ Bangli, Bali; RSJ Kurungan Nyawa, Lampung; RSJ Radjiman Wediodiningrat Lawang, Malang; RSJD Surakarta, dan RSJ Dr. Soeharto Heerdjan, Jakarta. Karya-karya hasil workshop ini kemudian di kirim ke Jakarta untuk kemudian di kurasi oleh kurator secara profesional. Selain dari hasil workshop Direktorat Kesenian juga membuka pendaftaran Open Call bagi para peserta disabel di seluruh Indonesia.


Kemeriahan kegiatan ini juga tidak hanya pada Pameran seni Rupa melainkan ada rangkain kegiatan lainnya seperti seminar, workshop melukis dan pertunjukan seni dari peserta disabel.
 
Pena Quotes:


0 Response to "Festival Bebas Batas : Ruang Apresiasi Bagi Ia yang Dipandang Sebelah Mata"

Post a Comment

Gimana Artikelnya Gan? Tulis komentar di bawah ini ya !

Iklan

Iklan

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan